
Disusun untuk memenuhi salah satu
tugas praktikum Mikrobiologi
Yang dibina oleh Yus
Hargono,M.SC.

NAMA :
Maulina Rizka Rakhmawati
NIM :
D1A151105
UNIVERSITAS AL GHIFARI BANDUNG
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
JL.Cisaranten Kulon no 140 Soekarno-Hatta
Bandung

Disusun untuk memenuhi salah satu
tugas praktikum Mikrobiologi
Yang dibina oleh Yus
Hargono,M.SC.

NAMA :
Maulina Rizka Rakhmawati
NIM :
D1A151105
UNIVERSITAS AL GHIFARI BANDUNG
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
JL.Cisaranten Kulon no 140 Soekarno-Hatta
Bandung
A.
DASAR
TEORI
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia
atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Desinfektan ini
tersedia secara komersial yang masing-masing memiliki karakteristik kimiawi,
toksisitas, biaya dan penggunaan tertentu. Desinfektan merupakan bahan kimia
yang dapat mematikan mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif,
sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme, tetapi tidak
efektif terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran
atau pelarutan jasad renik yang patogen.
Pengetahuan tentang desinfektan perlu
dikembangkan, karena tidak semua desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian
mikroorganisme secara umum. Desinfektan tertentu hanya cocok untuk
mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan mikroorganisme
lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada lapisan luar saja,
ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada pula
yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme. Pengguna desinfektan
dituntut bisa melakukan pilihan secara tepat, sehingga minimal harus mengetahui
kelemahan dan keunggulan masing-masing desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora
lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini disebabkan karena dinding spora
bersifat impermeabel dan asam ribonukleat di dalam protoplasma memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.
Desinfektan berbeda dengan antibiotik, karena
desinfektan memiliki toksisitas selektif yang rendah, keduanya bersifat toksik
tidak hanya pada mikroba patogen tetapi juga terhadap sel inang. Oleh karena
itu, desinfektan hanya digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada lingkungan
mati.
B. Koefisien Fenol
Koefisien fenol adalah kemampuan desinfektan
untuk membunuh bakteri dibandingkan dengan fenol. Uji fenol adalah
membandingkan aktivitas antimikroba dari komponen-komponen kimia dengan fenol
sebagai standar uji. Pengenceran desinfektan secara bertahap dan fenol
ditempatkan dalam tabung reaksi steril, kultur murni bakteri yang digunakan
sebagai standar ditambahkan pada setiap tabung. Bakteri itu tersbut dimasukan
pada setiap tabung dengan interval waktu 5, 10, dan15 menit .Semua subkultur
dieramkan pada suhu 37O selama48 jam dilihat kekeruhanya. Pada prinsipnya uji
koefisien fenol merupakan Perbandingan aktivitas fenol dengan pengenceran baku
terhadap aktivitas sampel dengan pengenceran tertentu MIC ( konsentrasi
terendah dimana pertumbuhan bakteri terhambat ) suatu antiseptik terhadap
bakteri tertentu. Metode pegenceran bertingkat dengan mengurangi konsentrasi
zat sebanyak setengah dari konsentrasi awal dengan volume yang sama. Metode
turbidimetri Menentukan takaran dengan melihat kekeruhan yang terjadi setelah
percobaan dilakukan V1 C1 = V2 C2.
Hasil kali konsentrasi dengan volume senyawa
yang semula digunakan adalah sama dengan hasil kali konsentrasi senyawa
tersebut dalam volume setelah pengenceran.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air,
yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat
melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan
anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009).
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal
ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat
melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat
bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara
satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban
negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan
melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoate dengan proses
Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol
dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister
saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada
anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol).
B. TUJUAN
·
Untuk mengetahui daya anti mikroba suatu
desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan
berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya
terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol
C.
LANGKAH KERJA
3.1
Alat
Ø Tabung reaksi
Ø Ose/sengkelit
Ø Pencatat waktu (stopwatch)
Ø Mc Farland lil (109 kuman/ml)
Ø Vortex
Ø Stiker label
Ø Spiritus
3.2
Bahan
Ø Kaldu nutrisi (Nutrient Broth)
Ø Air suling steril
Ø Staphylococcus thyposa ATCC 25953 dalam agar
nutrisi (Gram +)
Ø Salmonella thyposa ATCC 6539 dalam agar nutrisi
(Gram -)
Ø Larutan NaCl fisiologis 0,9 %
Ø Fenol standard
Ø Desinfektan uji
3.3
Prosedur
percobaan
Pembuatan
media
Ø Media kaldu nutrisi (Nutrient Broth) dimasukkan dalam 12
tabung reaksi ukuran 20 x 150 mm, volume masing-masing dibuat 5 ml. Komposisi
perliter terdiri dari pepton 10 g, ekstrak daging 5 g, dan NaCl 5 g; pH akhir
6,8.
Pembuatan inokulum
Ø Bakteri Salmonella
thyphosa atau Staphylococcus aureus sebelumnya telah ditanam pada agar
nutrisi (Nutrient Agar) miring dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam.
Tahap
pengenceran bakteri uji adalah sebagai berikut :
Ø Siapkan tabung reaksi berisi 2 ml NaCl fisiologis 0,9%
Ø Pindahkan biakan S.
thyphosa atau S. aureus tersebut (pilih salah satu) ke dalam
larutan NaCl dengan ose, dan setarakan kekeruhannya dengan larutan Mc Farland
III (109 kuman/ml)
Ø Suspensi kuman tersebut kini diperkirakan berisi 109
kuman/ml
Ø Siapkan 3 buah tabung reaksi masing-masing berisi 4,5 ml
NaCl fisiologis 0,9%
Ø Pipet 0,5 ml dari suspensi kuman sebelumnya (109 kuman/ml),
pindahkan ke salah satu tabung reaksi berisi 4,5 ml NaCl. Suspensi kuman kini
berkonsentrasi 108 kuman/ml
Ø Lakukan pengenceran kedua dengan mengambil 0,5 ml dari
suspensi kuman 108 dan memindahkannya ke dalam tabung berisi 4,5 NaCl yang
kedua. Suspensi kuman kini berkonsentrasi 107 kuman/ml
Ø Pengenceran terakhir dilakukan dengan memindahkan 0,5 ml
dari suspensi kuman 107 ke dalam tabung terakhir NaCl. Suspensi kuman telah
setara dengan 106 kuman/ml. Suspensi bakteri dengan konsentrasi inilah yang
akan digunakan untuk melakukan uji praktikum ini.
Pembuatan larutan baku fenol
Ø Dibuat larutan persediaan baku fenol 5% dengan cara
menimbang 2,5 g fenol dalam 50 ml air suling steril. Kemudian dilakukan
pengenceran konsentrasi menjadi 1:80 dengan mempipet 12,5 ml larutan fenol 5%
ditambahkan dengan 37,5 ml air suling steril pada tabung steril ukuran 25 x 150
mm.
Pembuatan
larutan desinfektan : Pengenceran larutan desinfektan dilakukan pada tabung
steril berukuran 25 x 150 mm.
Tahapannya adalah sebagai berikut:
Ø Siapkan 4 buah tabung steril berisi aquades dengan volume
yang berbeda-beda di dalamnya yaitu 9 ml, 7 ml, 4,5 ml, dan 7 ml, secara
berurutan
Ø Pengenceran selanjutnya adalah dengan memindahkan 1 ml desinfektan
1:10 ke dalam tabung berisi 7 ml air suling. Konsentrasi desinfektan pada
tabung ini adalah 1:80
Ø Pindahkan 0,5 ml desinfektan 1:80 ke dalam 4,5 ml aquades
sehingga konsentrasi kini 1:100
Ø Pipet 0,5 ml desinfektan 1:100 ke dalam tabung berisi 7 ml
air suling sehingga konsentrasi pada tabung ini adalah 1:150
Ø Desinfektan yang akan dipakai selanjutnya adalah yang
konsentrasinya 1:80, 1:100, dan 1:150. Oleh karena itu, samakan volumenya
masing-masing menjadi 5 ml
Media, bakteri uji, larutan
fenol, dan desinfektan telah disiapkan. Dengan demikian kita dapat melakukan
inokulasi kuman uji dalam desinfektan dan fenol dengan memperhitungkan waktu
kontak 5, 10, dan 15 menit secara akurat. Label 12 tabung berisi Nutrient both
dengan menandai F5’, F10’, F15’, DES 1:80 5’, DES 1:80 10’, DES 1:80 15’, DES
1:100 5’, DES 1:100 10’, DES 1:100 15’, DES 1:150 5’, DES 1:150 10’, DES 1:150
15’.
Ø Uji fenol
Pipet
inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam larutan fenol
1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung
berlabel F5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke
dalam tabung F10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran
tersebut ke dalam tabung F15’.
Ø Uji I 1:80
Pipet inokulum berkonsentrasi
106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:80. Tunggu sampai 5 menit,
ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:80 5’. Lima
menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES
1:80 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke
dalam tabung DES 1:80 15’.
Ø Uji II
1:100
Pipet inokulum
berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:100. Tunggu
sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES
1:100 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam
tabung DES 1:100 10’. Setelah 5 menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran
tersebut ke dalam tabung DES 1:100 15.
Ø Uji III 1:150
Pipet inokulum berkonsentrasi
106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:150. Tunggu sampai 5 menit,
ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:150 5’. Lima
menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES
1:150 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke
dalam tabung DES 1:150 15’.
Tabung-tabung reaksi uji
kemudian dieramkan di dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24-48 jam. Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada setiap tabung
Pengamatan :
(+) keruh : ada pertumbuhan
(-) jernih : tidak ada
pertumbuhan











D. PERHITUNGAN KONSENTRASI
PENGENCERAN
Tidak ada perhitungan karena
pada praktikum kali ini ada kesalahan dalam langkah kerja praktikum atau pada
masa inkubasi karena tidak terdeteksi bakteri, kalaupun berhasil perhitungannya
seperti di bawah ini (contoh/pemisalan) :
Koefisien fenol =

(dilusi tertinggi fenol, dimana bakteri tidak tumbuh pada 10',
tapi tumbuh pada 5')
150 /80 = 1,875
Konsetrasi koefisien fenol

2
A = konsentrasi fenol tercepat membunuh
B = konsentrasi desinfektan tercepat membunuh
C = konsetrasi fenol terlama membunuh
D = konsentrasi desinfektan terlama membunuh





B 80 100 80 80



80 80 160
Kekuatan desinfektan 1,25 x fenol ( jika berhasil)
E.
HASIL PENGAMATAN
1.
HASIL BERUPA FOTO

2.
HASIL BERUPA TABEL
Jenis
pengenceran
|
5
menit
|
10
menit
|
15
menit
|
Fenol
1:80
|
+
|
+
|
-
|
Desinfektan
1:80
|
-
|
-
|
-
|
Desinfektan
: 100
|
-
|
-
|
-
|
Desinfektan
1: 150
|
+
|
-
|
+
|
F.
PEMBAHASAN
Tumbuhnya semua bakteri pada bahan uji ini tidak sesuai dengan
teori. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang hasilnya berupa
tanda plus (+) yang berarti pada tabung reaksi hasil pengenceran ditemukannya
pertumbuhan bakteri subkultur (menit) baik pada pengenceran fenol, wipol maupun
antibiotik. Hal ini bisa disebabkan karena tidak semua desinfektan dapat
digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan hanya
cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan
mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada
lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap
mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil
mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan pilihan secara
tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing
desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal
ini disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat
di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk
dari desinfektan.
Hal ini juga tidak sesuai
dengan pernyataan semakin lama paparan akan relatif semakin efektif aktivitas
antiseptiknya. Perbedaan-perbedaan berikut bisa diakibatkan kesalahan dalam
prosedur praktikum ataupun ada kontaminasi saat masa inkubasi serta Wipol
kurang poten sebagai agen bakterisidal dibandingkan dengan fenol.
G.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang kami lakukan tidak dapat diambil
kesimpulan karena tidak ditemukan hasil yang sesuai. Namun ada beberapa yang
dapat di simpulkan Koefisien
fenol adalah perbandingan ukuran
keampuhan suatu bahan antimikrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena
fenol sering digunakan untuk mamtikan mikroorganisme. Koefisien fenol yang
kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan antimikrobial tersebut kurang efektif
dibandingkan fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1 artinya
bahan mikrobial tersebut lebih ampuh daripada fenol.
Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti mikroba
suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan
berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya terhadap
fenol standard yang disebut koefisien fenol.
Prinsip uji koefisien fenol membandingkan aktivitas
suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama.
Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu biakan bakteri.
H. DAFTAR PUSTAKA
Modul praktikum mikrobiologi farmasi, Universitas
Al-Ghifari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi
Bandung 2014
http://bloganalizepharmachiz.wordpress.com/makalahkoefesienfenol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar