Senin, 30 Januari 2017

Laporan Microbiologi

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 
TAHAP II
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Mikrobiologi
Yang dibina oleh Yus Hargono,M.SC.
Description: C:\Users\pcomp\Documents\cetak.jpg
NAMA            : Maulina Rizka Rakhmawati
NIM    : D1A151105

UNIVERSITAS AL GHIFARI BANDUNG
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
JL.Cisaranten Kulon no 140 Soekarno-Hatta Bandung


UJI KOEFISIEN FENOL
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Mikrobiologi
Yang dibina oleh Yus Hargono,M.SC.
Description: C:\Users\pcomp\Documents\cetak.jpg
NAMA            : Maulina Rizka Rakhmawati
NIM    : D1A151105

UNIVERSITAS AL GHIFARI BANDUNG
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
JL.Cisaranten Kulon no 140 Soekarno-Hatta Bandung




A.    DASAR TEORI
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Desinfektan ini tersedia secara komersial yang masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan penggunaan tertentu. Desinfektan merupakan bahan kimia yang dapat mematikan mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif, sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme, tetapi tidak efektif terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen.
Pengetahuan tentang desinfektan perlu dikembangkan, karena tidak semua desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan tertentu hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan pilihan secara tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.
Desinfektan berbeda dengan antibiotik, karena desinfektan memiliki toksisitas selektif yang rendah, keduanya bersifat toksik tidak hanya pada mikroba patogen tetapi juga terhadap sel inang. Oleh karena itu, desinfektan hanya digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada lingkungan mati.
B. Koefisien Fenol
Koefisien fenol adalah kemampuan desinfektan untuk membunuh bakteri dibandingkan dengan fenol. Uji fenol adalah membandingkan aktivitas antimikroba dari komponen-komponen kimia dengan fenol sebagai standar uji. Pengenceran desinfektan secara bertahap dan fenol ditempatkan dalam tabung reaksi steril, kultur murni bakteri yang digunakan sebagai standar ditambahkan pada setiap tabung. Bakteri itu tersbut dimasukan pada setiap tabung dengan interval waktu 5, 10, dan15 menit .Semua subkultur dieramkan pada suhu 37O selama48 jam dilihat kekeruhanya. Pada prinsipnya uji koefisien fenol merupakan Perbandingan aktivitas fenol dengan pengenceran baku terhadap aktivitas sampel dengan pengenceran tertentu MIC ( konsentrasi terendah dimana pertumbuhan bakteri terhambat ) suatu antiseptik terhadap bakteri tertentu. Metode pegenceran bertingkat dengan mengurangi konsentrasi zat sebanyak setengah dari konsentrasi awal dengan volume yang sama. Metode turbidimetri Menentukan takaran dengan melihat kekeruhan yang terjadi setelah percobaan dilakukan V1 C1 = V2 C2.
Hasil kali konsentrasi dengan volume senyawa yang semula digunakan adalah sama dengan hasil kali konsentrasi senyawa tersebut dalam volume setelah pengenceran.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009). Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoate dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol).


B. TUJUAN
·                  Untuk mengetahui daya anti mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol
C. LANGKAH KERJA
3.1        Alat
Ø   Tabung reaksi
Ø   Ose/sengkelit
Ø   Pencatat waktu (stopwatch)
Ø   Mc Farland lil (109 kuman/ml)
Ø   Vortex
Ø   Stiker label
Ø   Spiritus

3.2        Bahan
Ø   Kaldu nutrisi (Nutrient Broth)
Ø   Air suling steril
Ø   Staphylococcus thyposa ATCC 25953 dalam agar nutrisi (Gram +)
Ø   Salmonella thyposa ATCC 6539 dalam agar nutrisi (Gram -)
Ø   Larutan NaCl fisiologis 0,9 %
Ø   Fenol standard
Ø   Desinfektan uji

3.3        Prosedur percobaan
Pembuatan media
Ø   Media kaldu nutrisi (Nutrient Broth) dimasukkan dalam 12 tabung reaksi ukuran 20 x 150 mm, volume masing-masing dibuat 5 ml. Komposisi perliter terdiri dari pepton 10 g, ekstrak daging 5 g, dan NaCl 5 g; pH akhir 6,8.
       Pembuatan inokulum
Ø   Bakteri Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus sebelumnya telah ditanam pada agar nutrisi (Nutrient Agar) miring dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam.

Tahap pengenceran bakteri uji adalah sebagai berikut :
Ø   Siapkan tabung reaksi berisi 2 ml NaCl fisiologis 0,9%
Ø   Pindahkan biakan S. thyphosa atau S. aureus tersebut (pilih salah satu) ke dalam larutan NaCl dengan ose, dan setarakan kekeruhannya dengan larutan Mc Farland III (109 kuman/ml)
Ø   Suspensi kuman tersebut kini diperkirakan berisi 109 kuman/ml
Ø   Siapkan 3 buah tabung reaksi masing-masing berisi 4,5 ml NaCl fisiologis 0,9%
Ø   Pipet 0,5 ml dari suspensi kuman sebelumnya (109 kuman/ml), pindahkan ke salah satu tabung reaksi berisi 4,5 ml NaCl. Suspensi kuman kini berkonsentrasi 108 kuman/ml
Ø    Lakukan pengenceran kedua dengan mengambil 0,5 ml dari suspensi kuman 108 dan memindahkannya ke dalam tabung berisi 4,5 NaCl yang kedua. Suspensi kuman kini berkonsentrasi 107 kuman/ml
Ø   Pengenceran terakhir dilakukan dengan memindahkan 0,5 ml dari suspensi kuman 107 ke dalam tabung terakhir NaCl. Suspensi kuman telah setara dengan 106 kuman/ml. Suspensi bakteri dengan konsentrasi inilah yang akan digunakan untuk melakukan uji praktikum ini.
     Pembuatan larutan baku fenol
Ø   Dibuat larutan persediaan baku fenol 5% dengan cara menimbang 2,5 g fenol dalam 50 ml air suling steril. Kemudian dilakukan pengenceran konsentrasi menjadi 1:80 dengan mempipet 12,5 ml larutan fenol 5% ditambahkan dengan 37,5 ml air suling steril pada tabung steril ukuran 25 x 150 mm.
      Pembuatan larutan desinfektan : Pengenceran larutan desinfektan dilakukan pada tabung steril   berukuran 25 x 150 mm. Tahapannya adalah sebagai berikut:
Ø   Siapkan 4 buah tabung steril berisi aquades dengan volume yang berbeda-beda di dalamnya yaitu 9 ml, 7 ml, 4,5 ml, dan 7 ml, secara berurutan
Ø   Pengenceran selanjutnya adalah dengan memindahkan 1 ml desinfektan 1:10 ke dalam tabung berisi 7 ml air suling. Konsentrasi desinfektan pada tabung ini adalah 1:80
Ø   Pindahkan 0,5 ml desinfektan 1:80 ke dalam 4,5 ml aquades sehingga konsentrasi kini 1:100
Ø   Pipet 0,5 ml desinfektan 1:100 ke dalam tabung berisi 7 ml air suling sehingga konsentrasi pada tabung ini adalah 1:150
Ø   Desinfektan yang akan dipakai selanjutnya adalah yang konsentrasinya 1:80, 1:100, dan 1:150. Oleh karena itu, samakan volumenya masing-masing menjadi 5 ml
Media, bakteri uji, larutan fenol, dan desinfektan telah disiapkan. Dengan demikian kita dapat melakukan inokulasi kuman uji dalam desinfektan dan fenol dengan memperhitungkan waktu kontak 5, 10, dan 15 menit secara akurat. Label 12 tabung berisi Nutrient both dengan menandai F5’, F10’, F15’, DES 1:80 5’, DES 1:80 10’, DES 1:80 15’, DES 1:100 5’, DES 1:100 10’, DES 1:100 15’, DES 1:150 5’, DES 1:150 10’, DES 1:150 15’.
Ø   Uji fenol
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam larutan fenol 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel F5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung F10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung F15’.
Ø   Uji I 1:80
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:80 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:80 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:80 15’.
Ø    Uji II 1:100
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:100. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:100 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:100 10’. Setelah 5 menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:100 15.
Ø   Uji III 1:150
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:150. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:150 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:150 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:150 15’.
Tabung-tabung reaksi uji kemudian dieramkan di dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24-48 jam. Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada setiap tabung Pengamatan :
(+) keruh : ada pertumbuhan
(-) jernih : tidak ada pertumbuhan
Hasil gambar untuk langkah kerja uji koefisien fenol  Hasil gambar untuk koefisien fenol
Hasil gambar untuk koefisien fenol




20160903_083804  20160903_083847
20160903_083926  20160903_083941
20160903_084255  20160903_090346
20160903_09233020160903_094323

D. PERHITUNGAN KONSENTRASI PENGENCERAN
Tidak ada perhitungan karena pada praktikum kali ini ada kesalahan dalam langkah kerja praktikum atau pada masa inkubasi karena tidak terdeteksi bakteri, kalaupun berhasil perhitungannya seperti di bawah ini (contoh/pemisalan) :
Koefisien fenol =
(dilusi tertinggi antiseptik, dimana bakteri tidak tumbuh pada 10' tapi tumbuh pada 5')
(dilusi tertinggi fenol, dimana bakteri tidak tumbuh pada 10', tapi tumbuh pada 5')
150 /80 = 1,875
Konsetrasi koefisien fenol
(A:B) + (C:D)
         2
A = konsentrasi fenol tercepat membunuh
B = konsentrasi desinfektan tercepat membunuh
C = konsetrasi fenol terlama membunuh
D = konsentrasi desinfektan terlama membunuh



A   = (           1    :  1     )  x  (  1    :    1    )
B      80     100           80         80
      = 100  +    80    = 180  = 1,25
         80        80        160
Kekuatan desinfektan 1,25 x fenol ( jika berhasil)
E. HASIL PENGAMATAN
1. HASIL BERUPA FOTO



2. HASIL BERUPA TABEL

Jenis pengenceran
5 menit
10 menit
15 menit
Fenol 1:80
+
+
-
Desinfektan 1:80
-
-
-
Desinfektan : 100
-
-
-
Desinfektan 1: 150
+
-
+

F. PEMBAHASAN
Tumbuhnya semua bakteri pada bahan uji ini tidak sesuai dengan teori. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang hasilnya berupa tanda plus (+) yang berarti pada tabung reaksi hasil pengenceran ditemukannya pertumbuhan bakteri subkultur (menit) baik pada pengenceran fenol, wipol maupun antibiotik. Hal ini bisa disebabkan karena tidak semua desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan pilihan secara tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.
Hal ini juga tidak sesuai dengan pernyataan semakin lama paparan akan relatif semakin efektif aktivitas antiseptiknya. Perbedaan-perbedaan berikut bisa diakibatkan kesalahan dalam prosedur praktikum ataupun ada kontaminasi saat masa inkubasi serta Wipol kurang poten sebagai agen bakterisidal dibandingkan dengan fenol.

G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang kami lakukan tidak dapat diambil kesimpulan karena tidak ditemukan hasil yang sesuai. Namun ada beberapa yang dapat di simpulkan Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan antimikrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena fenol sering digunakan untuk mamtikan mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1 artinya bahan mikrobial tersebut lebih ampuh daripada fenol.
Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol.
Prinsip uji koefisien fenol membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu biakan bakteri.

H. DAFTAR PUSTAKA
Modul praktikum mikrobiologi farmasi, Universitas Al-Ghifari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi Bandung 2014

http://bloganalizepharmachiz.wordpress.com/makalahkoefesienfenol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar