Selasa, 31 Januari 2017

Laporan Kerapatan Zat

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Farmasi Fisika
Ujian Tengah Semester III tahun ajaran 2015/2016
Oleh:
NAMA            : Maulina Rizka Rakhmawati
NIM    :D1A151105
PARTNER:
Nama/NIM: Dessy Permata/
Nama/NIM: Mirna Herawati

UNIVERSITAS AL GHIFARI BANDUNG
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
JL.Cisaranten Kulon no 140 Soekarno-Hatta Bandung


BAB I
TUJUAN PERCOBAAN

1.1.Tujuan Percobaan
·         Menentukan kerapatan dan bobot  jenis bermacam-macam zat.





















BAB II
PENDAHULUAN

 Teori Dasar
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, A., 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, A., 1993).
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, A., 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi; yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, A., 1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4o atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25o/25o, 25o/4o, dan 4o/4o. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan 25o/25o untuk menyatakan berat jenis (Martin, A., 1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, A., 1993).
Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan volumenya.
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, R. H., 1985).

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1  Alat
1. neraca Elektronik
6. Tissue
2.      2.Piknometer dilengkapi thermometer
7. Kompor listrik
3.      3. Pipet tetes
8. Cawan porselen
4.      4. Labu takar
5.      5. Pinset


3.2  Bahan
1.      Air
2.      Es batu
3.      Zat cair : Kloroform
4.      Zat padat : peluru
5.      Aceton
3.3  Langkah Kerja
1.      Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama.
2.      Isi piknometer dengan air hingga penuh,lalu direndam dengan air es sehingga suhunya dibawah suhu percobaan.
3.      Piknometer ditutup,pipa kapilernya dibiarkan terbuka dan suhu airnya dibiarkan naik sampai mencapai suhu percobaan,lalu pipa kapiler piknometer ditutup
4.                  Biarkan suhu dalam piknometer mencapai suhu kamar yang menempel diusap dan ditimbang dengan seksama.
5.      Lihat dalam tabel,berapa kerapatan air pada suhu percobaan yang digunakan untuk menghitung volume air = volume piknometer.

3.4  Hasil Pengamatan dan Perhitungan

A.                  Bobot Piknometer + air          = 22,3 gr
            Bobot piknometer kosong      = 12    gr –
Bobot air                                 = 10,3 gr



 air
 10 ml = 10,3 gr                                  
              

 =

B.                  Kerapatan zat cair
1.             Etanol (alkohol 70%)
          Piknmeter  isi              = 20,6 gr
          Piknometer  kosong    = 12     gr –
                                                 8,6    gr

10ml =
b ml =  =

2.            Aseton
    Piknometer + isi       = 19,4 gr
    Piknometer kosong  = 12    gr –
                                         7,4 gr
10ml =
  = 

 b =

3.            Kloroform
         Bobot piknometer isi              = 27,1 gr
         Bobot piknometer kosong      = 12    gr –
                                                            15,1 gr

  10ml =
  
b ml =  = 


C.                 Kerapatan zat padat

 

                                                      = 0,366 gr/































   BAB IV
PEMBAHASAN
Pratikum kali membahas mengenai kerapatan dan bobot jenis suatu zat. Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama (biasanya pada suhu 25°C). Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bobot jenis membandingkan massa jenis zat dengan massa jenis air,sedangkan kerapatan membandingkan massa zat dengan volume zat tersebut. Hal ini merupakan perbedaan dari bobot jenis dan kerapatan zat. Air digunakan sebagai standar untuk penentuan kerapatan dan bobot jenis zat cair dan zat padat. Berdasarkan rumus yang ada, bobot jenis dan kerapatan mempunyai nilai yang hampir sama, hanya berbeda pada adanya satuan atau tidak.
Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu air, etanol 70%, aseton, kloroform, paraffin, gotri, dan cera alba. Kerapatan dan bobot jenis suatu zat atau cairan dalam bidang farmasi digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula untuk mengetahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat, dan juga dapat mempermudah dalam pembuatan formulasi obat karena dengan mengetahui bobot jenis suatu zat dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lain.
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah dengan piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10ml-50ml. Piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest terlebih dahulu untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, kemudian dibilas dengan alkohol untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Pemakaian alkohol sebagai pembilas memiliki sifat-sifat yang baik seperti mudah mengalir, mudah menguap dan bersifat antiseptikum, jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri.
Piknometer kemudian dikeringkan, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan piknometer pada bobot sesungguhnya. Pengeringan piknometer tidak boleh dikeringkan dengan menggunakan pemanasan, karena piknometer dapat  memuai dan nantinya dapat mempengaruhi pada saat penimbangan piknometer dan akan berpengaruh pula pada data percobaan dan hasil perhitungan bobot jenis. Piknometer ditimbang kemudian, pada timbangan analitik dalam keadaan kosong, setelah ditimbang dalam keadaan kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest, sebagai pembanding kemudian nantinya dengan sampel yang lain. Proses pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue, agar tidak ada bahan-bahan lain yang menempel pada piknometer yang dapat mengganggu perhitungan.
Penggunaan piknometer untuk menentukan bobot jenis memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah dalam pengerjaan, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, karena kita harus menurunkan dan menaikkan suhu percobaan sesuai dengan prosedur agar dapat memperoleh hasil yang tepat. Percobaan dilakukan pada suhu percobaan adalah 25°C. Berdasarkan prosedur percobaan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV, suhu percobaan harus diturunkan sampai 20°C, kemudian dinaikkan lagi sampai 25°C dan 27°C, tetapi pada percobaan ini, suhu hanya diturunkan sampai 23°C, karena jika diturunkan samapi suhu 20°C sesuai yang tertera di FI IV, waktu untuk menaikkan suhu ke suhu percobaan akan lebih lama.
Pengujian pada praktikum menghasilkan data bobot jenis aseton lebih kecil daripada etanol 70%. Hal ini sesuai dengan literature yang menyebutkan bobot jenis etanol 70% adalah 0,812-0,816, sedangkan pada aseton 0,789. Pengujian Air es menunjukan bobot jenis yang besar bila dibandingkan dengan bobot jenis air dalam suhu normal. Faktor yang mempengaruhi yaitu sifat dari anomaly air sendiri, yaitu ketika suhu air diturunkan maka air tersebut akan membentuk es yang berarti memiliki kerapatan yang lebih besar sehingga bobot jenisnya juga lebih besar daripada bobot jenis air pada suhu normal. Bobot jenis zat padat seperti paraffin dan cera adalah < 1, namun hasilnya menunjukan adanya penyimpangan data dengan literatur. Penyimpangan ini dapat disebabkan karena beberapa faktor, antara lain :
1.    Adanya Kontaminasi
Jika ada kontaminan yang masuk maka akan mempengaruhi hasil perhitungan kerapatan dan bobot jenis yang di dapat. Jika semakin banyak kontaminan yang ada pada bahan percobaan maka penyimpangan yang di hasilkan akan semakin besar.
2.    Kemurnian Zat
Kemurnian zat yang akan diuji akan berkurang jika ada bahan lain yang ikut masuk ke dalam zat yang akan di uji. Proses membersihkan piknometer harus diperhatikan apakah sudah benar-benar kering atau belum, jika masih terdapat air maka akan mempengaruhi kemurniaan zat yang di uji, kemurnian zat akan berkurang dengan adanya campuran air, semakin banyak air yang tertinggal pada piknometer maka akan banyak pula yang ikut tercampur pada zat yang di uji dan kemurnian zat uji akan semakin berkurang.
3.    Suhu percobaan
Piknometer ditimbang pada suhu 27°C di harapkan setelah penurunan suhu, lalu di naikkan pada suhu 27° embun-embun sisa penurunan suhu sudah tidak ada, jika masih ada sisa-sisa embun akan berpengaruh pada hasil penimbangan, semakin banyak embun yang tertinggal maka penyimpangan hasil penimbangan dan hasil perhitungan bobot jenis juga akan semakin besar.
4.    Penimbangan
Timbangan yang digunakan selama percobaan harus selalu sama dan tidak boleh di ganti-ganti agar tidak menimbulkan penyimpangan pada hasil percobaan, karena mungkin saja tiap timbangan akan menghasilkan angka yang berbeda-beda walaupun hanya selisih sedikit tapi nantinya akan berpenagruh pada hasil perhitungan.

5.    Cara pengerjaan
Tekanan yang diberikan pada saat pemasangan termometer pada piknometer akan berpengaruh terhapad hasil perhitungan. Jika tekanan yang diberikan semakin besar maka akan banyak zat yang keluar dari  piknometer. Semakin banyak zat yang tumpah maka akan membuat penyimpanagn semakin besar. Kesalahan yang dilakukan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer.
6.    Kebersihan
Piknometer yang terlalu banyak dipegang dengan tangan akan meningggalkan residu seperti lemak menempel, sebaiknya piknometer dipegang dengan tissue.




































BAB V
KESIMPULAN

  Setelah melakukan percobaan ini didapatkan hasil :
-   Volume piknometer pada suhu percobaan  adalah  24,8288 mL
-   Kerapatan dan berat jenis zat cair
·         Etanol 70%
                        ρ Alkohol 70%                 =    0,8997 gram/mL
                         BJ =  0,9034
·         Aseton
                       ρ Aseton                      =  0,7874 gram/mL
                         BJ =  0, 7905
·         Air es
                        ρ air es                      =  0,9992 gram/mL
            BJ=   1,0032
Terdapat penyimpangan hasil dalam percobaan ini. Faktor-Faktor yang dapat menyebabkan penyimpangan yaitu:
1.         Adanya kontaminan
2.         Kemurnian zat
3.         Suhu
4.         Proses penyimpangan
5.         Cara pengerjaan (tekanan yang diberikan saat pemasangan termometer)
6.         Kebersihan

DAFTAR PUSTAKA
            Depkes RI. 1995.Farmakope Indonesia edisiIV. Departemen Kesehatan Republik                         Indonesia : Jakarta.
            Martin, A. 1990. Farmasi Fisika. Indonesia University Press : Jakarta
            Lachman, L., dkk., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri II, Edisi III,diterjemahkan            oleh         Siti suyatmi, UI Press, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar