
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Farmasi Fisika
Ujian Tengah Semester III tahun ajaran 2015/2016
Oleh:
NAMA : Maulina Rizka Rakhmawati
NIM :D1A151105
PARTNER:
Nama/NIM:
Dessy Permata/
Nama/NIM:
Mirna Herawati

UNIVERSITAS
AL GHIFARI BANDUNG
FAKULTAS
MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN
FARMASI
JL.Cisaranten
Kulon no 140 Soekarno-Hatta Bandung
BAB I
TUJUAN PERCOBAAN
1.1.Tujuan
Percobaan
·
Menentukan kerapatan dan bobot jenis bermacam-macam zat.
BAB
II
PENDAHULUAN
Teori
Dasar
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu
zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang
paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling
definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat
(Martin, A., 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya
menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang
mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”).
Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau
gram/cm2 (Martin, A., 1993).
Kerapatan dan berat jenis. Ahli
farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan
perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena
menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume
pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam
gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, A., 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah
bilangan murni tanpa dimensi; yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan
menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan
kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan
pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah
berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila
dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, A., 1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih
sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa
sejumlah volume air yang sama pada suhu 4o atau temperatur lain yang tertentu.
Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25o/25o,
25o/4o, dan 4o/4o. Angka yang
pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah
garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi
menggunakan patokan 25o/25o untuk menyatakan berat
jenis (Martin, A., 1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan
menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan
alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar,
fisika dan farmasi (Martin, A., 1993).
Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu
obyek dengan volumenya.
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada
jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun
volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan
adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan
volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para
ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang
sedang diteliti (Petrucci, R. H., 1985).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
1. neraca Elektronik
|
6. Tissue
|
2. 2.Piknometer dilengkapi
thermometer
|
7. Kompor listrik
|
3. 3. Pipet tetes
|
8. Cawan porselen
|
4. 4. Labu takar
5. 5. Pinset
|
3.2 Bahan
1. Air
2. Es batu
3. Zat cair : Kloroform
4. Zat padat : peluru
5. Aceton
3.3 Langkah Kerja
1. Timbang piknometer yang bersih dan kering
dengan seksama.
2. Isi piknometer dengan air hingga penuh,lalu
direndam dengan air es sehingga suhunya dibawah suhu percobaan.
3. Piknometer ditutup,pipa kapilernya dibiarkan
terbuka dan suhu airnya dibiarkan naik sampai mencapai suhu percobaan,lalu pipa
kapiler piknometer ditutup
4.
Biarkan
suhu dalam piknometer mencapai suhu kamar yang menempel diusap dan ditimbang
dengan seksama.
5. Lihat dalam tabel,berapa kerapatan air pada
suhu percobaan yang digunakan untuk menghitung volume air = volume piknometer.
3.4 Hasil
Pengamatan dan Perhitungan
A.
Bobot
Piknometer + air = 22,3
gr
Bobot piknometer kosong = 12
gr –
Bobot air = 10,3
gr

10 ml =
10,3 gr



B.
Kerapatan
zat cair
1.
Etanol (alkohol 70%)
Piknmeter isi = 20,6 gr
Piknometer kosong
= 12 gr –
8,6 gr
10ml = 

b
ml =
= 


2.
Aseton
Piknometer + isi = 19,4 gr
Piknometer kosong = 12 gr –
7,4 gr
10ml = 



b = 

3.
Kloroform
Bobot piknometer isi = 27,1 gr
Bobot piknometer kosong = 12
gr –
15,1 gr
10ml = 


b ml =
=


C.
Kerapatan zat padat


= 0,366 gr/

BAB IV
PEMBAHASAN
Pratikum kali membahas
mengenai kerapatan dan bobot jenis suatu zat. Bobot jenis suatu zat adalah
perbandingan bobot zat terhadap air volume sama yang ditimbang di udara pada
suhu yang sama (biasanya pada suhu 25°C).
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur
tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa bobot
jenis membandingkan massa jenis zat dengan massa jenis air,sedangkan
kerapatan membandingkan massa zat dengan volume zat tersebut. Hal
ini merupakan perbedaan dari bobot jenis dan kerapatan zat. Air digunakan sebagai standar untuk penentuan kerapatan dan bobot jenis zat cair dan zat padat. Berdasarkan rumus yang
ada, bobot
jenis dan kerapatan mempunyai nilai yang hampir sama, hanya berbeda pada adanya
satuan atau tidak.
Bahan yang digunakan
dalam praktikum yaitu air, etanol 70%, aseton, kloroform, paraffin, gotri, dan
cera alba. Kerapatan dan bobot jenis suatu zat atau cairan dalam
bidang farmasi digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam
menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari
senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula untuk mengetahui
tingkat kelarutan/daya larut suatu zat, dan juga dapat
mempermudah dalam pembuatan formulasi obat karena dengan mengetahui
bobot jenis suatu zat dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat dapat
bercampur atau tidak dengan zat lain.
Alat yang digunakan dalam pengujian ini
adalah dengan piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis.
Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas
antara 10ml-50ml. Piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest terlebih
dahulu untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, kemudian dibilas dengan
alkohol untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan
dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan, karena biasanya pencucian
meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat
mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga
mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Pemakaian alkohol sebagai pembilas
memiliki sifat-sifat yang baik seperti mudah mengalir, mudah menguap dan
bersifat antiseptikum, jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan
baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri.
Piknometer kemudian dikeringkan, hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan piknometer pada bobot
sesungguhnya. Pengeringan piknometer tidak boleh
dikeringkan dengan menggunakan pemanasan, karena piknometer
dapat memuai dan nantinya dapat mempengaruhi pada saat penimbangan
piknometer dan akan berpengaruh pula pada data percobaan dan hasil perhitungan
bobot jenis. Piknometer
ditimbang kemudian, pada timbangan analitik dalam keadaan kosong,
setelah ditimbang dalam keadaan kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel
mulai dengan aquadest, sebagai pembanding kemudian nantinya dengan sampel yang
lain. Proses pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue, agar tidak ada bahan-bahan lain yang menempel pada
piknometer yang
dapat mengganggu perhitungan.
Penggunaan piknometer
untuk menentukan bobot jenis memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah dalam
pengerjaan, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, karena kita harus
menurunkan dan menaikkan suhu percobaan sesuai dengan prosedur agar dapat
memperoleh hasil yang tepat. Percobaan dilakukan pada suhu
percobaan adalah 25°C.
Berdasarkan prosedur percobaan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi
IV, suhu percobaan harus diturunkan sampai 20°C, kemudian dinaikkan lagi sampai 25°C dan 27°C,
tetapi pada percobaan ini, suhu hanya diturunkan sampai 23°C, karena jika diturunkan samapi suhu 20°C sesuai yang tertera di FI IV,
waktu untuk menaikkan suhu ke suhu percobaan akan lebih lama.
Pengujian pada praktikum menghasilkan data
bobot jenis aseton lebih kecil daripada etanol 70%. Hal ini sesuai dengan
literature yang menyebutkan bobot jenis etanol 70% adalah 0,812-0,816,
sedangkan pada aseton 0,789. Pengujian Air es menunjukan bobot jenis yang besar
bila dibandingkan dengan bobot jenis air dalam suhu normal. Faktor yang
mempengaruhi yaitu sifat dari anomaly air sendiri, yaitu ketika suhu air
diturunkan maka air tersebut akan membentuk es yang berarti memiliki kerapatan
yang lebih besar sehingga bobot jenisnya juga lebih besar daripada bobot jenis
air pada suhu normal. Bobot jenis zat padat seperti paraffin dan cera adalah
< 1, namun hasilnya menunjukan adanya penyimpangan data dengan
literatur. Penyimpangan ini dapat disebabkan karena beberapa faktor,
antara lain :
1. Adanya
Kontaminasi
Jika ada kontaminan yang
masuk maka akan mempengaruhi hasil perhitungan kerapatan dan bobot jenis yang
di dapat. Jika semakin banyak kontaminan yang ada pada bahan percobaan maka
penyimpangan yang di hasilkan akan semakin besar.
2. Kemurnian
Zat
Kemurnian zat yang akan
diuji akan berkurang jika ada bahan lain yang ikut masuk ke dalam zat yang akan
di uji. Proses membersihkan piknometer harus diperhatikan apakah sudah benar-benar kering atau belum, jika
masih terdapat air maka akan mempengaruhi kemurniaan zat yang di
uji, kemurnian zat akan berkurang dengan adanya campuran air, semakin
banyak air yang tertinggal pada piknometer maka akan banyak pula yang ikut
tercampur pada zat yang di uji dan kemurnian zat uji akan semakin berkurang.
3. Suhu
percobaan
Piknometer
ditimbang pada suhu 27°C di harapkan setelah penurunan suhu, lalu di
naikkan pada suhu 27° embun-embun sisa penurunan suhu sudah tidak
ada, jika masih ada sisa-sisa embun akan berpengaruh pada hasil
penimbangan, semakin banyak embun yang tertinggal maka penyimpangan hasil
penimbangan dan hasil perhitungan bobot jenis juga akan semakin besar.
4. Penimbangan
Timbangan
yang digunakan selama percobaan harus selalu sama dan tidak boleh di
ganti-ganti agar tidak menimbulkan penyimpangan pada hasil percobaan, karena
mungkin saja tiap timbangan akan menghasilkan angka yang berbeda-beda walaupun
hanya selisih sedikit tapi nantinya akan berpenagruh pada hasil perhitungan.
5. Cara
pengerjaan
Tekanan
yang diberikan pada saat pemasangan termometer pada piknometer akan berpengaruh
terhapad hasil perhitungan. Jika tekanan yang diberikan semakin besar maka akan
banyak zat yang keluar dari piknometer. Semakin banyak zat yang
tumpah maka akan membuat penyimpanagn semakin besar. Kesalahan yang
dilakukan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer.
6. Kebersihan
Piknometer yang terlalu banyak dipegang
dengan tangan akan
meningggalkan residu seperti lemak menempel, sebaiknya
piknometer dipegang dengan tissue.
BAB V
KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan
ini didapatkan hasil :
- Volume
piknometer pada suhu percobaan adalah 24,8288 mL
- Kerapatan
dan berat jenis zat cair
· Etanol 70%
ρ Alkohol 70%
= 0,8997
gram/mL
BJ = 0,9034
· Aseton
ρ Aseton
= 0,7874 gram/mL
BJ = 0, 7905
· Air
es
ρ air es = 0,9992
gram/mL
BJ= 1,0032
Terdapat
penyimpangan hasil dalam percobaan ini. Faktor-Faktor yang dapat menyebabkan penyimpangan yaitu:
1. Adanya
kontaminan
2. Kemurnian
zat
3. Suhu
4. Proses
penyimpangan
5. Cara
pengerjaan (tekanan yang diberikan saat pemasangan termometer)
6. Kebersihan
DAFTAR PUSTAKA
Depkes
RI. 1995.Farmakope Indonesia edisiIV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
: Jakarta.
Martin,
A. 1990. Farmasi Fisika. Indonesia University Press : Jakarta
Lachman, L., dkk., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri II,
Edisi
III,diterjemahkan
oleh Siti suyatmi, UI Press, Jakarta
http://katarinaarianti24.blogspot.co.id/2014/12/laporan-praktikum-fisika-farmasi.html (diakses pada 30 November 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar